Bagaimana Kaoru Mitoma Mendapat Sarjana Berkat Tesis Terkait Dribbling Updated

Terdapat 40 pemain di Liga Inggris dengan catatan dribble lebih banyak dibandingkan dengan Kaoru Mitoma (Brighton & Hove Albion) musim ini. Terdapat 21 pemain yang sukses melakukan dribble lebih banyak dibandingkan dengan Mitoma. Tetapi tidak ada pemain di Inggris yang dapat menyatakan bahwa mereka memiliki pehamaman lebih tinggi terkait kemampuan itu.

Total keseluruhan dari upaya Mitoma melewati lawannya dapat memberikan pemahaman yang keliru terkait upayanya masuk ke tim inti Brighton secara perlahan. Hanya ada dua pemain Liga Inggris yang memiliki menit bermain yang memadai dengan catatan dribble sukses per 90 menit dibandingkan dengan catatan yang dimiliki Mitoma.

Trevoh Chalobah (Chelsea), Ben White (Arsenal), dan Trent Alexander-Arnold (Liverpool) menjadi beberapa nama pemain dari tim besar yang merasakan kesulitan tinggi dalam menghadapi Mitoma – kemampuan itu dilatihnya dengan melakukan studi di universitas negara asalnya. Berikut adalah segala informasi yang patut Anda ketahui mengenai tesis yang dapat dibaca oleh banyak pemain di Liga Inggris dalam beberapa waktu ke depan.

Saat berusia 19 tahun, Mitoma menolak kontrak profesional dari Kawaski Frontale (klub divisi J1 – divisi teratas Jepang) setelah menghabiskan delapan tahun di akademi klub tersebut. Mitoma merasa bahwa ia tidak “memiliki kekuatan fisik yang memadai” dan kemudian masuk ke Universitas Tsukuba – yang memiliki waktu tempuh 90 menit ke arah selatan, untuk belajar lebih lanjut terkait badannya dengan jurusan olahraga.

Ketika bermain di tim sepak bola yang ada di kampusnya – patut diingat bahwa kompetisi sekolah dan universitas Jepang memiliki standar yang tinggi dibandingkan Eropa – Mitoma berusaha untuk memahami dan membuat analisis terkait dribble yang dilakukannya dan apa yang membuat seorang pemain dapat menguasai kemampuan tersebut.

“Itu meniadi pilihan termudah bagi saya karena saya mencintai sepak bola dan dribble adalah hal yang senang saya lakukan. Saya menggunakan kamera di kepala teman-teman saya untuk mengetahui di mana dan apa yang mereka lihat serta bagaimana lawan mereka memandang mereka,” ucap Mitoma kepada The Ahletic.

Dalam upaya untuk mengembangkan kemampuannya, Mitoma berusaha untuk memperoleh bantuan dari segala ahli yang dapat ditemuinya. Menurut laporan dari NumberWeb, Mitoma terkesima dengan proses diet dan mencari bantuan dari asisten Profesor Satoru Tanigawa dari Universitas Tsukuba – yang memiliki pengalaman berlari di jarak 110 meter dalam Olimpiade Sydney dan Athena – untuk memberi saran terkait gaya berlarinya.

“Saya memahami bahwa pemain berkualitas tinggi tidak memandang bola. Mereka akan melihat ke depan, menahan bola tanpa melihat ke bawah ke kaki mereka. Itu menjado faktor pembeda. Saya sebelumnya memiliki tingkat kualitas dribble yang baik, tetapi tidak luar biasa,” ucap Mitoma.

Walau studi ini memiliki sampel dengan jumlah yang rendah, Mitoma menjelaskan bahwa tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman terkait pusat berat dan tekanan badan lawan. Mitoma merasa bahwa apabila ia dapat membuat badan lawannya bergerak, maka tujuannya sudah tercapai.

Pada akhir penelitiannya, Mitoma menyimpulkan bahwa, “kekuatan dari karakteristik dribble saya meningkat dua kali lipat.”

Dalam musim pertamanya setelah lulus dari Universitas, Mitoma mencetak 13 gol dengan Kawasaki Frontale. Ini menjadi kejutan bagi berbagai pihak terkait mengignat Mitoma hanya mencetak tujuh gol dalam kompetisi Divisi 1 Universitas Wilayah Kanto pada musim sebelumnya. Mitoma – yang saat itu berusia 22 tahun – menjadi pemain baru kelima yang mencetak lebih dari sepuluh gol dalam sejarah J-League – yang diiringi dengan 12 assist, tertinggi pada musim itu.

Hanya 18 bulan setelah menyerahkan tesisnya, Mitoma menyepakati kontrak dengan Brighton dengan nilai transfer 3 juta Euro.

Mitoma tidak menggunakan tesisnya secara keseluruhan di Liga Inggris. Seperti yang dijelaskannya setelah mencetak gol vs Everton pada Januari setelah melewati beberapa pemain: “Ini saya lakukan dengan insting, tanpa memikirkan banyak mengenai apa yang dapat terjadi.”

Setelah melalui proses studi yang panjang, insting Mitoma dipengaruhi oleh tesis yang dibuatnya – yang membuat bek Liga Inggris kesulitan.

Tinggalkan komentar