Yassine “Bono” Bounou: 5 Hal Mengenai Kiper Timnas Maroko yang Menjadi Bintang Pada Piala Dunia 2022 Ini Updated

Timnas Maroko merasakan kebanggaan setelah berhasil lolos ke babak perempat final Piala Dunia 2022. The Atlas Lions menyingkirkan Spanyol dalam laga di Education City Stadium pada Selasa (6/12) melalui adu penalti. Laga waktu normal hingga dua babak perpanjangan waktu berakhir imbang tanpa gol.

Spanyol tersingkir setelah tiga pemain mereka gagal mencetak gol pada adu penalti. Dua dari tiga kegagalan tersebut terjadi berkat penyelamatan Yassine Bounou, penjaga gawang Maroko.

Nama Yassine Bounou mungkin tidak asing bagi Anda yang cukup rutin mengamati perkembangan La Liga, mengingat ia tampil gemilang dengan Sevilla. Bagi Anda yang belum mengenalnya, berikut adalah sekilas profil dari Yassine Bounou.

Yassine Bounou lahir di Montreal (Kanada) pada April 1991. Sebagai individu yang lahir di Kanada, ia memiliki hak untuk mendapatkan kewarganegaraan Kanada. Negara yang berada di wilayah Amerika Utara itu menggunakan prinsip iud soli, di mana individu yang lahir di negara tersebut mendapatkan status sebagai warga negara.

Maroko menggunakan prinsip kewarganegaraan ius sanguinis. Mengingat Bounou lahir sebagai keturunan orang tua yang berasal dari Maroko, maka ia mendapatkan dua kewarganegaraan. Bounou pindah ke Maroko ketika ia berusia 8 tahun, untuk memulai kariernya di Wydad Casablanca.

Bounou pertama kali membela Timnas Maroko pada 2012, dalam Turnamen Toulon pada kelompok umur U20. Satu tahun kemudian, Bounou masuk ke skuad senior. Sejak saat itu, Bounou terlibat dalam perjalanan negaranya dalam Piala Dunia 2018, Piala Afrika 2019, Piala Afrika 2021, hingga Piala Dunia 2022.

Yassine Bounou pernah bersaing dengan Jan Oblak dan Thibaut Courtois

Yassine Bounou pernah bersaing dengan Jan Oblak dan Thibaut Courtois / Gonzalo Arroyo Moreno, Visionhaus, Jasper Juinen / Getty Images

Atletico Madrid dikenal sebagai salah satu klub besar Spanyol yang pernah dibela berbagai penyerang tajam. Mulai dari Jimmy Floyd Hasselbaink, Fernando Torres, Sergio Aguero, hingga Diego Costa. Namun, dalam satu dekade terakhir, Los Rojiblancos juga mendapatkan berkah di bawah mistar gawang.

Peran Pablo Vercellone sebagai pelatih kiper patut mendapatkan sorotan tinggi. Atleti pernah memiliki David de Gea, Thibaut Courtois, dan Jan Oblak. Ketiga pemain itu tidak dapat digeser pada masa mereka masing-masing, dan membuat Yassine Bounou tersingkir dari potensi untuk membela Atletico Madrid.

Atletico Madrid menjadi klub Eropa pertama yang dibela oleh Bounou. Klub ibu kota Spanyol itu mendatangkan Bounou pada 2012. Bounou berada di tim B Atletico Madrid hingga 2014. Saat itu, jalur ke tim senior terhalang akibat performa gemilang dari Thibaut Courtois.

Pada 2014 ketika Courtois kembali ke Chelsea, jalan bagi Bounou nampak terbuka. Tetapi kedatangan Jan Oblak sebagai pengganti kembali menjadi faktor yang membuat Bounou tidak dapat memperoleh kesempatan yang diharapkan.

Bounou sempat dipinjamkan ke Real Zaragoza (2014-16) sebelum dilepas secara permanen ke Girona pada 2016.

FBL-WC-2022-MATCH26-BEL-MAR

Yassine Bounou berada di lapangan jelang pertandingan kontra Belgia, namun tidak tampil / GLYN KIRK/GettyImages

Timnas Maroko menjadi salah satu peserta kejutan pada Piala Dunia 2022. Walid Regragui datang untuk menjadi pelatih utama kurang dari tiga bulan sebelum turnamen ini dimulai. Regragui berhassil mengembalikan kondisi harmonis di dalam skuad Maroko yang rusak pada akhir era kepelatihan Vahid Halilhodzic.

Maroko berada di Grup F bersama dengan Kroasia, Belgia, dan Kanada. Kroasia dan Belgia diunggulkan untuk lolos ke babak 16 besar. Secara mengejutkan, Maroko lolos dari grup tersebut sebagai juara, dengan raihan 7 poin dari 3 pertandingan. Kroasia menyusul di peringkat kedua dengan 5 poin dari 3 laga.

Yassine Bounou berperan dalam pertandingan kontra Kanada yang berakhir dengan kemenangan 2-1. Namun laga itu menjadi laga perdana Bounou dalam kompetisi ini. Bounou absen dalam dua laga. Kehadirannya menjadi sorotan dalam pertandingan pembuka kontra Belgia yang berakhir dengan kemenangan 2-0.

Pada pertandingan tersebut, Bounou terlibat hingga proses lagu kebangsaan kedua tim. Bounou kemudian berbicara dengan Regragui – yang menyampaikan perubahan susunan pemain kepada wasit. Munir El Kajoui kemudian masuk sebagai pengganti. Pada pertandingan berikutnya kontra Kanada, Bounou kembali tampil.

Yassine Bounou menjalani keseluruhan kariernya di tingkat senior di Spanyol. Meskipun mengalami kesulitan di Atletico Madrid, Bounou tidak menyerah untuk berjuang di negara tersebut. Bounou menunjukkan performa yang konsisten dengan Real Zaragoza selama dua tahun sebelum didatangkan Girona.

Bounou terlibat dalam tim Girona yang mendapatkan promosi ke La Liga pada 2018. Namun kegagalan Girona bertahan di divisi teratas membuat Bounou menerima tawaran dari Sevilla pada musim panas 2019. Awalnya, Bounou menjadi pelapis dari Tomas Vaclik. Vaclik tampil dalam ajang La Liga, sedangkan Bounou diturunkan dalam Copa del Rey dan Liga Europa.

Bounou mulai mendapat sorotan tinggi di Spanyol setelah Sevilla meraih gelar juara Liga Europa musim 2019/20. Pada kompetisi tersebut, Bounou terlibat dalam kesuksesan timnya menyingkirkan Manchester United pada babak semifinal, dan kemenangan 3-2 atas Inter dalam babak final.

Bounou mendapatkan kontrak permanen berdurasi empat tahun dengan Sevilla pada musim panas 2020. Kini, perjuangan panjang Bounou di Spanyol membuatnya menjadi penjaga gawang utama di tim yang berbasis di wilayah Andalusia tersebut.

Pada babak 16 besar Piala Dunia 2022, tiga pemain Spanyol gagal mencetak gol dalam adu penalti. Dua dari tiga penalti tersebut digagalkan oleh Yassine Bounou (dari Carlos Soler dan Sergio Busquets). Dalam penalti pertama yang diambil oleh Pablo Sarabia, Bounou juga sukses menebak arah bola dengan tepat.

Efektivitas Bounou dalam adu penalti bukan hal yang mengejutkan. Berdasarkan data dari FBRef (dalam satu tahun terakhir atau dua musim kompetisi sepak bola), Bounou memiliki persentase penyelamatan penalti senilai 55%. Sepanjang kariernya di Sevilla (empat musim), Bounou memiliki persentase penyelamatan penalti senilai 30,8%.

Pengetahuan yang diperolehnya dalam perjalanan panjang di Spanyol memberi dampak yang menguntungkan. Riset yang dilakukan untuk pemain-pemain yang menjadi eksekutor penalti Spanyol (Pablo Sarabia ketika membela Getafe dan Sevilla), Carlos Soler (ketika membela Valencia), dan Sergio Busquets (veteran FC Barcelona), dilakukan dengan efektif oleh Bounou dan staf kepelatihan Maroko.


Tinggalkan komentar